Selasa, 03 Januari 2012

FILM "SANG PENARI"

,
Bagi masyarakat Banyumas pasti sudah tidak asing lagi dengan novel karya Ahmad Tohari yang berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk". Novel tersebut mengisahkan tentang jalinan cinta Srintil ( Ronggeng ) dengan teman semasa kecilnya yaitu Rasus dengan latar belakang tahun 1965 yaitu pada saat sedang hangatnya pergolakan G30/S PKI.

Dan akhirnya setelah sekian lama novel "Ronggeng Dukuh Paruk" diceritakan dalam wujud tulisan, akhirnya novel "Ronggeng Dukuh Paruk" Karya Ahmad Tohari divisualisasikan dalam Film "Sang Penari".

"SANG PENARI"


Film Sang Penari ini berawal dari kisah sang ronggeng -dipanggil Jeng Nganten- yang mati gara-gara racun bongkrek, maka dukuh Paruk pun sepi. Tak ada lagi tarian rongggeng dan suara tetabuhan calung atau gamelan di dukuh itu. Dukuh Paruk sunyi, bahkan seperti kampung mati.

Hingga akhirnya Srintil tumbuh menjadi gadis. Teman dekat Rasus itu ingin sekali menjadi ronggeng di dukuhnya. Berulang kali dia berusaha menunjukkan tariannya pada Rasus.

Rasus sendiri bukannya tak tahu keinginan Srintil. Meski Srintil pandai menari, Rasus tak mau Srintil jadi ronggeng di dukuh Paruk. Menjadi ronggeng berarti harus siap menjadi milik Dukuh Paruk. Rasus tak mau itu terjadi. Dia hanya ingin Srintil menjadi miliknya seorang, bukan milik seluruh masyarakat Dukuh Paruk.

Srintil ingin menjadi ronggeng, terlebih karena rasa bersalahnya. Ya, dulu Jeng Nganten dan beberapa warga dukuh Paruk mati gara-gara keracunan bongkrek buatan kedua orangtua Srintil. Karena itulah Srintil ingin membalas budi kepada warga dukuhnya. Sebab, ada ronggeng berarti ikut menghidupkan kembali Dukuh Paruk yang mati suri.

Kisah asmara Rasus dan Srintil dikemas dalam film 'Sang Penari'. Film ini terinspirasi dari novel 'Ronggeng Dukuh Paruk' karya Ahmad Tohari. Butuh waktu lama hingga akhirnya 'Sang Penari' siap untuk dirilis ke layar lebar.

Jelas tak mudah menuangkan trilogi 'Ronggeng Dukuh Paruk' ke dalam sebuah film berdurasi 111 menit itu. Naskah film ini dikerjakan oleh Salman Aristo, Shanty Harmayn dan Ifa Isfansyah. Selain menulis naskah, Ifa juga menjadi sutradara 'Sang Penari'. Sementara sinematografi dikerjakan oleh Yadi Sugandi.

Rasus diperankan oleh Oka Antara, sementara Srintil diperankan oleh Prisia Nasution. Chemistry antara keduanya terlihat apik sejak awal mula film ini. Meskipun kisah mereka berdua menjadi unsur utama film, namun 'Sang Penari' juga memotret kejadian kelam di saat masyarakat Dukuh Paruk ikut terseret peristiwa G30S PKI. Digambarkan, bahwa beberapa warga yang tak tahu apa-apa ikut menjadi korban kala itu.

Suguhan Berbeda

Sinematografi, properti, naskah dan chemistry antar pemain membuat film ini layak untuk diapresiasi. Secara keseluruhan, film produksi Salto Film Company ini mampu memberikan suguhan yang berbeda di perfilman Indonesia, meski mungkin ada beberapa hal yang akan menimbulkan pertanyaan bagi penggemar berat novelnya.

Sederet nama bintang papan atas lainnya juga ikut membintangi film ini seperti
Prisia Nasution
Oka Antara
Slamet Rahardjo
Landung Simatupang
Dewi Irawan
Tio Pakusadewo
Lukman Sardi
Happy Salma
Teuku Rifnu Wikana.

Sutradara : Danie Rudi Haryanto


Dan Sebagai tambahan pengetahuan, inilah Novel "Ronggeng Dukuh Paruk" :


-Judul : Ronggeng Dukuh Paruk
-Pengarang : Ahmad Tohari
-Editor/penyunting : Ipong Purnama Sidhi
-Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
-Tahun terbit : 1982
-Urutan cetakan : -Cetakan ketiga : November 1988
-Cetakan keempat : Oktober 1992
-Cetakan kelima : Februari 1999
-Ukuran dimensi buku : -Panjang = 11 cm
-Lebar = 18 cm
-Tebal/jumlah halaman :174 Halaman

0 komentar to “FILM "SANG PENARI"”

Posting Komentar

 

Mira Jaya Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates